KBN — Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Itulah semboyan yang dipegang kuat bangsa Indonesia. Semboyan itu menggambarkan bahwa meskipun bangsa Indonesia beragam budaya, suku bangsa, ras, bahasa, dan agama, tetapi bangsa ini tetap memegang erat prinsip persatuan dan kesatuan.
Salah satu budaya yang telah mendapat sertifikat Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Pemerintah RI melalui Kemendikbud pada tahun 2014 silam adalah Molulo dari Sulawesi Tenggara.
Apa dan Bagaimana Molulo?
Molulo atau tarian lulo adalah salah satu jenis kesenian tari tradisional di Sulawesi Tenggara. Kesenian jenis tarian ini berasal dari Suku Tolaki yang mendiami bekas Kerajaan Konawe dan Mekongga yang kini tersebar di tujuh kabupaten/kota daratan Sulawesi Tenggara.
Budayawan Tolaki Drs. H. Basaula Tamburaka menjelaskan bahwa fungsi Tari Lulo sebagai tari pergaulan sekaligus persahabatan ketika menyambut pejabat, wisatawan lokal maupun mancanegara di bumi Sulawesi Tenggara.
“Fungsi lain tari lulo yang disebut tari massal ini karena semua kalangan baik tua maupun muda bisa menari bersama bergandengan tangan. Filosofinya yah, kebersamaan tanpa mengenal status sosial seseorang.” tutur Basaula Tamburaka, pengurus Lembaga Adat Tolaki (LAT) Sultra ini dikediamannya saat menerima kunjungan silaturahmi redaksi pada Minggu 23 April 2023.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa sesungguhnya ada syarat wajib dipenuhi peserta Molulo, yaitu :
- Sifatnya merakyat dan menghibur baik penari sendiri maupun masyarakat yang menontonnya.
- Peserta boleh dari berbagai kalangan usia dan berpakaian sopan rapih.
- Bergandengan tangan dengan sopan dan bahu kiri maupun kanan tidak bersentuhan.
- Penari lulo membentuk lingkaran simbol KALO yaitu mengintegtrasikan unsur-unsur budaya dalam masyarakat Tolaki bermakna simbol persatuan dan kesatuan.
“Tari Lulo membentuk lingkaran simbol KALO yang bermakna simbol persatuan dan kesatuan disebut medulu mepokoaso” tukas Basaula Tamburaka.
Lantas, bagaimaa sejarah Molulo itu sendiri?
Drs. H Basaula Tamburaka menjelaskan bahwa tari lulo telah ada sekitar 14 abad silam ketika pada masa kerajaan. Tari lulo digelar selain fungsi kebersamaan dan memeriahkan pesta pernikahan, juga sebagai hiburan para Raja, menghormati para tamu raja dan upacara pelantikan Raja/Mokole dan aparatnya.
“Seyogyanya Tari Lulo ini wajib diiringi musik tradisinal pukulan GONG sebagai identitas aslinya, tapi saat ini dengan perkembangan zaman sudah tergantikan dengan iringan alat musik modern seperti electone.” Tutup Basaula Tamburaka, Budayawan Tolaki dan Pengurus DPP Lembaga Adat Tolaki Sulawesi Tenggara ini.
Berikut Profil Drs H. Basaula Tamburaka
Drs.H.Basaula Tamburaka salah satu Tokoh Adat Tolaki pengurus DPP-LAT Sultra salah satu anggota Dewan Pakar DPP-LAT Sultra. Selain sebagai tokoh adat beliau juga sekaligus budayawan Tolaki Konawe Mekongga.
Selain dipengurusan DPP-LAT Sultra beliau juga penulis buku buku Kearifan lokan lokal Tolaki dan sekaligus Dirut CV.Barokah Raya Kendari spesialis menerbitkan berbagai cabang buku buku kearifan Tolaki
Sampai sekarang sdh diterbit 25 judul buku dari beberapa penulis yg ada di Kota Kendari antara lain tokoh tokoh adat dan para akademisi UHO Kendari.
[bar]